TEGAL, KOMPAS.com — Pemain pelatnas, Elizabeth Puwaningtyas, dipaksa bermain rubber game oleh pemain tunggal putri asal SGS Elektrik, Mutiarani, Rabu (14/7/2010).
Dalam pertandingan nomor tunggal dewasa putri Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) Bulutangkis Regional III di GOR Mutiara Tegal ini, Elizabeth dipaksa bermain rubber game sebelum menang 21-17, 18-21, dan 21-7.
Atlet yang kerap disapa Ocoy ini berhasil menutup game pertama dengan 21-17. Namun, ia harus menyerah 18-21 pada game kedua. “Game kedua, (saya) memang agak blank, seperti kehilangan irama permainan,” ungkapnya seusai pertandingan.
Memasuki game ketiga, Ocoy yang lebih unggul stamina ini tanpa basa-basi lagi langsung menghabisi lawannya itu dengan skor telak 21-7. Hal ini pun ia lakukan karena lawan sudah tak lagi mampu mengejar bola-bola yang dia tempatkan pada game ketiga.
Mungkin bila melihat perawakan gadis berusia 17 tahun ini, Anda akan menebak bahwa dia sudah pasti orang Indonesia bagian timur. Namun, bila Anda berbicara dengannya mungkin Anda akan terheran-heran. Putri pasangan Antonius Soehardjo (alm) dan Vonny Bernadette ini sangat fasih berbahasa Sunda. Logatnya pun sangat Sunda.
Dia memang lahir dari keluarga yang multi-ras. Sang ayah yang orang Yogya menikah dengan sang ibu yang merupakan putri dari keluarga Makassar dan Manado. “Dari lahir sudah di Cimahi, jadi ya beginilah,” ungkapnya dengan logat Sunda kental.
Dengan keluarga multi-ras dan sedari kecil tinggal di Cimahi, Ocoy tak ragu untuk menyebut Cimahi sebagai kampung halamannya. “Kampung halaman saya ya Cimahi. Saya dari kecil di sana,” lanjutnya sambil tertawa.
Usia 10 tahun mungkin oleh bagi sebagian atlet akan dianggap sebagai usia yang sangat terlambat untuk memulai karier di dunia olahraga. Namun, Ocoy membuktikan bahwa hal itu salah. Ia baru mulai memegang raket pada usia 10 tahun. Kini di usianya yang ke-17, Ocoy sudah menjadi bagian dari Pelatnas Pratama.
Perjalan karier Ocoy pun tak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai cobaan di hidupnya membuat dia sempat sangat ingin berhenti di bulu tangkis. “Setelah papa meninggal, saya sempat tidak mau lagi bermain bulu tangkis,” kenangnya.
Ocoy harus kehilangan motivator utamanya di dunia bulu tangkis, saat sang ayah harus kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa tahun 2005. Hal ini mempengaruhi prestasi dia di lapanga. Bahkan, ia mengenang, sempat hanya mendapat satu poin dalam satu set pada pertandingan tahun 2006. Ia kalah dari Yeni Asmarani yang kini memperkuat PB Djarum. Kala itu, Ocoy menyerah 1-21 dan 6-21.
Berbagai kegagalan pun harus Ocoy telan pada hari berikutnya. Ia mendaftarkan diri ke salah satu pusdiklat. Namun, ia menerima jawaban tidak. Tahun 2007 menjadi titik balik baginya, saat ia mulai naik ke kelas remaja. Ia terus berprestasi di bawah asuhan Didit Suluh Patria karena Didit-lah yang meyakinkan ia untuk terus berkarier di bulu tangkis.
Pada tahun yang sama, gadis yang lahir pada 23 Februari 1993 ini mengikuti seleksi di Pelatnas Cipayung untuk bisa ikut Vietnam Challenge. Ia mengenang bahwa saat itu harus menempuh perjalanan sendiri dari Bandung ke Cipayung. Seleksi ini hanya membutuhkan dua orang. Namun, Ocoy hanya finis di ranking ketiga, dan sudah dipastikan batal berangkat ke Vietnam.
“Memang bisa berangkat, tapi harus biaya sendiri, dan mama memilih pilihan, ke Vietnam atau pergi ke turnamen-turnamen nasional.”
Ocoy pun memutuskan untuk tidak berangkat, tapi kemudian ia dihubungi oleh donatur yang akan memberikannya biaya untuk berangkat ke Vietnam. “Itulah pertama kali turnamen internasional saya,”
Di Vietnam, ia hanya sampai babak kedua. Namun, pada tahun 2008, Ocoy menunjukkan tajinya. Ia ditargetkan meraih lima gelar juara, dan ia pun menjawab itu dengan menyabet empat gelar juara Sirnas dan satu kejuaraan swasta nasional.
Ocoy memang kerap kali disangsikan banyak orang. Dengan tinggi badan yang hanya 161 cm, Ocoy dianggap tidak akan bisa berkembang dan tidak akan bisa bertaji di kancah bulu tangkis. Namun, hal ini tidak menyurutkan Ocoy untuk meniti karier di dunia bulu tangkis. Akhirnya ia bergabung bersama Pelatnas Pratama, dan ingin terus menunjukkan prestasinya. Melihat perjuangannya, mungkin yang dibutuhkan Ocoy adalah kesempatan dan kepercayaan. “Saya ingin membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin,” pungkasnya.
Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) Bulutangkis Regional III di Tegal berlangsung 12-17 Juli ini.